Sweet Scene Part : 2
Hari ke-21
Komunikasi telah berjalan. Saya tak ingin banyak berspekulasi tentang perasaan kedua belah pihak, juga tak ingin terjebak dalam kebimbangan. Mengulangi kesalahan yang sama—memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi, lalu jatuh ketika kenyataan tak sesuai.
Tahun baru telah berlalu, hari berganti, minggu berlalu, dan hari ke-21 ini menjadi hari yang berbeda. Tapi sebenarnya, perasaan yang saya rasakan hampir selalu sama dengan hari-hari sebelumnya. Setiap hari bagi saya adalah sesuatu yang baru—ada kebahagiaan di satu hari, namun di hari lain saya merasa terpuruk.
Bodohnya...
Saya terjatuh karena spekulasi dalam pikiran saya. Gambaran sekilas yang menjadi bumerang bagi diri saya, padahal belum tentu benar. Seperti mendengarkan lagu mainstream yang berulang-ulang, meskipun hanya untuk sementara, saya melakukan hal-hal bodoh yang ketika dipikirkan, "Untuk apa itu dilakukan?"
Saya sendiri merasa bingung dengan alur pikiran saya. Rasanya, tak ada yang bisa saya banggakan, kecuali blueprint yang masih jauh dari pelaksanaan. Semua itu saya susun dengan tujuan untuk menyempurnakan ibadah saya.
Saya tahu, Allah memberi banyak jalan. Tapi, apakah saya yang kurang peka? Apakah saya yang kurang berusaha keras? Apakah ibadah saya yang kurang? Atau ini hanya ujian?
Biarlah waktu yang menjawab...
Kelak, jika semua ini berakhir dengan manis dan Allah benar-benar memberi saya rezeki yang melimpah, saya ingin bernadzar—mendedikasikan sebagian harta saya untuk membangun sebuah masjid.
Comments
Post a Comment