Libur sekolah telah tiba. Saat itu cahaya matahari cukup terik, bahkan cukup terik untuk merebus sebuah telur tanpa harus merebusnya dengan kompir. Diselingi dengan tawa anak-anak yang bermain riang gembira, Ashlam bersemangat mengayuh sepedanya menuju pasar impres di pusat Jakarta dengan membawa sayur-sayuran untuk dijual. Melewati lorong-lorong sempit, jalan berkelok-kelok, tak berapa lama sampailah ia di pasar.
Ashlam menawarkan dirinya untuk membantu pamanya selama liburan sekolah ini.
Dan layaknya pedagang Ashlam menjajakan dagangannya di sebuah kapling kecil yang pamanya sewa dari preman pasar, yang letaknya di pinggir jalan dekat pintu gerbang.
"Sayurnya bu... sayurnya bu...." Tawar Ashlam kepada pengunjung pasar yang lalu lalang.
Tak berapa lama lewatlah seorang ibu dengan anak perempuannya. Si anak perempuan terus menggerutu.
"Aduh ma, ngapain sih ke sini? Aku males banget....bau banget...."Keluh si anak perempuan.
Ashlam melihat ke arah anak itu dan Ashlam sadar kalau anak perempuan itu adalah Evelin. Evelin yang merasa diperhatikan tiba-tiba melihat balik ke sosok Ashlam sambil mencoba-coba mengingat.
"Eh lu," Sahut Evelin sambil menunjuk ke Ashlam dan mendekatinya. "Lu cowo yang nabrak gue kemaren kan?"
"Loh ini siapa Ev?" Tanya mama Evelin.
"Oh ini ma, ini temen sekelas Evelin." Jawab Evelin.
"Oh gitu...." sahut mama Evelin singkat.
Ashlam hanya mengangguk tersenyum saat itu.
"Ev, mau ikut mama kedalam ngga?"Tanya mama Evelin lagi.
"Mmmm.. ngga ma, aku mau ngobrol ama dia aja."Jawab Evelin.
"Ya udah, ntar ketemuan di sini ya. Jangan kemana-mana." Kata mama Evelin sambil berlalu meninggalkan mereka.
Pertemuan di Pasar
Di tengah hiruk-pikuk pasar yang ramai, mereka hanya saling memandang tanpa berkata apa-apa. Hening, hingga akhirnya Evelin memberanikan diri untuk menyapa.
"Eh, kenalin. Nama gue Evelin. Nama lu siapa?"
Ashlam tersenyum tipis dan menjawab singkat, "Ashlam."
Tiba-tiba, mama Evelin muncul dari dalam pasar dan mengajaknya untuk pergi.
Evelin masuk ke dalam mobil, namun matanya tetap tertuju pada Ashlam hingga mobilnya mulai menjauh. Begitu juga dengan Ashlam, matanya tak lepas dari mobil Evelin yang semakin jauh dari pandangannya.
Di dalam hati, Ashlam merasakan sesuatu yang berbeda. Ia merasa jatuh cinta, meski berusaha menahan gejolak yang meluap-luap itu. Ashlam tahu dirinya hanyalah anak kampung, yang tak pantas untuk Evelin. Selain itu, ia telah bertekad untuk fokus bersekolah dan menjauh dari segala bentuk cinta selama SMA. Namun, apa daya, cinta tak mengenal kompromi.
"Arrgh... apaan sih...!!!" gerutunya dalam hati. "Gue nggak boleh kayak gini. Fokus, Ashlam! Fokus!!"
Entah mengapa, semenjak pertemuan itu, Evelin sering datang ke pasar. Setiap kali bertemu Ashlam, mereka mulai lebih sering mengobrol sambil menunggu mama Evelin selesai berbelanja. Seiring waktu, kedekatan mereka semakin terasa, dan perasaan itu pun tumbuh di hati mereka berdua.
Bersambung...
Comments
Post a Comment