Kasep Mata Bagian: 3
Mungkin benar, cinta datang dari tempat yang tak terduga. Pandangan kosong Ashlam pada sore itu membuktikan segalanya. Hatinya bergejolak, bertentangan dengan keinginan awalnya untuk menyelesaikan sekolah terlebih dahulu, sebelum terjerumus lebih dalam dalam lautan cinta.
"Arrgh... saya nggak ngerti sama pikiran saya!" keluhnya di atas ranjang, berbaring sambil memandangi langit-langit kamar yang sepi.
Liburan hampir berakhir, dan esok pagi Ashlam harus kembali bersekolah. Di dalam hati kecilnya, ia sebenarnya tak ingin melanjutkan sekolah. Ia tak ingin bertemu Evelin, tak ingin perasaannya kepada gadis itu semakin dalam. Terkadang, Ashlam ingin sekali pindah sekolah, meninggalkan perasaannya yang semakin menggebu-gebu kepada Evelin. Namun, apa daya, ia tak punya biaya untuk itu. Semua uang yang ada hanya cukup untuk membiayai pendidikan hingga lulus SMA.
Pagi itu cerah, namun tak secerah hati Ashlam. Fokusnya terpecah, bingung antara memilih untuk bersekolah atau hanya ingin melihat senyum manis Evelin.
"Evelin! Nih, ada Ashlam!" Tiba-tiba suara Dina, teman Evelin, memecah kesunyian.
Ashlam yang terkejut segera berlari menuju kelas dengan cepat, menghindari tatapan Evelin.
"Ashlam!" sapa Evelin sambil tersenyum.
Ashlam hanya diam, tidak menggubris sapaan Evelin, dan langsung melangkah masuk ke kelas.
Evelin tertegun, bingung dengan sikap Ashlam. Dia yang dulu selalu mengajaknya berbicara saat menemani mamanya, kini tiba-tiba berubah begitu saja saat hari sekolah dimulai. Evelin merasa galau dengan perubahan sikap Ashlam yang begitu mendalam.
"Ashlam kenapa? Apa aku melakukan sesuatu yang salah?" tanya Evelin dalam hati.
Sepanjang pelajaran, Ashlam dan Evelin tak saling menyapa. Ashlam lebih banyak melamun, sementara Evelin terus memandangi Ashlam, berusaha memahami apa yang sedang terjadi.
Jam pelajaran pun berakhir. Evelin, yang merasa kebingungan dan ingin penjelasan, tak mampu menahan diri untuk menunggu Ashlam di depan gerbang sekolah. Namun, saat Ashlam melihatnya dari kejauhan, ia langsung mengayuh sepedanya lebih cepat, melewati Evelin tanpa menatapnya sedikit pun.
Hati Evelin hancur. Semua perasaan yang telah tumbuh dalam hatinya, yang selalu berbunga-bunga meski tak ada sepatah kata cinta pun terucap dari mulut mereka, kini seketika runtuh.
Sejak hari itu, mereka tidak saling menyapa lagi. Tiga bulan kemudian, Evelin pun tak pernah muncul lagi di sekolah.
Ashlam pun bertanya-tanya dalam hati, "Ada apa sebenarnya?"
Bersambung...
Comments
Post a Comment