Restart 2025: Saatnya Memulai Ulang Hidup dengan Lebih Segar

2024 adalah tahun yang berat. Tidak ada kata lain yang bisa menggambarkannya lebih tepat. Tahun di mana saya mencoba berbagai hal, menyusun rencana demi rencana, berharap ada satu jalan yang benar-benar menjadi milik saya. Tapi hingga penghujung tahun, belum satu pun yang benar-benar memberikan kepuasan, apalagi rasa "ini dia jalanku".

Awalnya saya bekerja di sebuah percetakan keluarga. Lalu pada Februari, saya berpindah ke sektor pertambangan — sebuah dunia yang sama sekali baru, keras, dan penuh tantangan. Di sisi lain, saya juga mulai mempelajari banyak hal. Dari belajar bahasa pemrograman Python, sampai mencoba mengikuti kelas digital marketing yang… sayangnya belum sempat saya tonton. Semua terasa seperti puzzle yang belum menemukan tempatnya.

Saya juga mencoba memperbaiki hubungan saya dengan keluarga. Tapi rasanya semua terlalu terburu-buru: pergi kerja pagi, pulang malam, lalu bercanda sebentar dan masing-masing kembali dengan kesibukan sendiri. Bahkan hobi saya bermain game pun kehilangan pesonanya. Biasanya game jadi tempat pelarian yang menyenangkan, kini malah terasa melelahkan. Saya hanya bisa bermain di malam hari, dan alih-alih bahagia, saya justru merasa makin capek.

Lalu datanglah 2025. Tahun ini saya putuskan untuk melakukan satu hal besar: Restart.

Restart bukan hanya sekadar resolusi tahunan yang klise. Ini semacam komitmen baru untuk membuang semua kejenuhan dan memulai sesuatu yang benar-benar segar, menyenangkan, dan semoga... bermakna.

1. Mulai Menonton NBA dan Mengikuti Dallas Mavericks

Kenapa NBA? Karena saya butuh sesuatu yang baru. Saya adalah penggemar sepakbola sejak SMA. Dulu, saya mengikuti hampir semua liga besar, tim-tim lokal, sampai kompetisi dunia. Tapi lama-lama, semua itu terasa monoton dan membosankan.

Di tahun 2024 sebenarnya saya sudah mulai menjauh dari sepakbola. Saya hanya menyisakan dua hal: dukungan pada Tim Nasional Indonesia dan kesetiaan saya pada Persib Bandung. Tapi saya tahu, saya butuh gairah baru. Maka saya coba tengok dunia NBA — dan ternyata menyenangkan sekali.

Ritme permainan yang cepat, skor tinggi, drama antar pemain, sistem trade yang unik, dan komunitas yang lebih ramah dibanding dunia sepakbola… semuanya menyegarkan. Saya mulai belajar peraturan NBA, menonton pertandingan, dan akhirnya… memilih satu tim untuk diikuti: Dallas Mavericks.

Kenapa Dallas Mavericks? Karena saya suka warna biru. Sesederhana itu. Tapi ternyata keputusan itu membawa saya lebih jauh: saya nonton dokumenter mereka, belajar gaya main mereka, mengikuti media sosial para pemain, dan tanpa sadar, saya jatuh cinta pada tim ini. Dari suka warna, jadi suka tim. Aneh? Mungkin. Tapi menyenangkan? Banget!

2. Mencoba Bermain Basket

Setelah mulai menikmati NBA, ada keinginan untuk bermain basket sendiri. Walau belum benar-benar turun ke lapangan, saya sudah mulai pelajari ulang peraturan, teknik dasar, dan cara mainnya. Bayangkan, sudah belasan tahun saya tidak menyentuh bola basket!

Di usia 34 tahun, tentu saja ini terasa berat. Bahkan jogging saja belum saya mulai. Tapi semangatnya ada. Alasannya juga cukup logis: basket adalah olahraga dengan tingkat cedera dan kematian yang lebih rendah dibanding futsal atau sepakbola. Untuk level permainan fun, basket lebih bisa dikontrol intensitasnya. Ada sistem set play yang membuat tubuh punya waktu istirahat di tengah permainan. Jadi, untuk jangka panjang, ini terasa masuk akal.

3. Switching Career

Inilah bagian paling rumit dan sensitif: karier.

Saya sudah terlalu jenuh dengan pekerjaan sekarang. Waktu untuk diri sendiri sangat terbatas, apalagi untuk belajar dan berkembang. Ini adalah masalah yang tidak bisa saya abaikan lebih lama. Saya butuh ruang untuk bertumbuh, mencoba hal baru, dan mungkin... berkontribusi lebih luas.

Beberapa bidang mulai menarik perhatian saya seperti data analyst, digital marketing, hingga artificial intelligence. Tapi jujur, semuanya masih terasa abu-abu. Terutama AI, yang menarik tapi butuh komitmen besar. Saya belum tahu harus mulai dari mana. Tapi keinginan itu sudah tumbuh, dan itu cukup jadi bekal awal.

Satu hal yang sudah saya siapkan adalah rencana untuk mulai berjualan makanan. Saya sudah mulai mencicil persiapannya. Mungkin ini bisa jadi pintu awal untuk keluar dari pekerjaan sekarang dan membangun kehidupan yang lebih saya kendalikan.

4. Better Faith, Better Me

Satu hal yang terasa paling kehilangan selama bekerja adalah ibadah.

Bekerja di sektor tambang, jauh dari kota, dengan ritme kerja yang tidak biasa, membuat saya mulai kehilangan ritme ibadah saya. Ini membuat saya tidak tenang. Karena itu, di tahun 2025 ini, saya ingin kembali memperbaikinya. Saya ingin lebih dekat kepada Allah, lebih ikhlas dalam menjalani hari-hari, dan lebih jernih melihat hidup.

5. Lebih Banyak Baca Buku

Satu hal yang benar-benar saya lewatkan tahun lalu adalah membaca buku. Ya, sepanjang 2024 saya bahkan tidak menyentuh satu buku pun. Semua terlalu sibuk, terlalu cepat, terlalu penuh alasan untuk tidak sempat. Padahal dalam hati kecil saya tahu, membaca buku adalah salah satu gerbang terbaik untuk membuka wawasan, memperluas cara berpikir, dan memperkaya jiwa.

Tahun 2025 ini, saya ingin memperbaikinya. Saya ingin kembali menjadikan buku sebagai teman sehari-hari — bukan sekadar untuk mencari informasi, tapi juga untuk menemukan inspirasi, ketenangan, bahkan jawaban dari hal-hal yang saya resahkan. Buku bisa menjadi mentor yang diam, tetapi memberikan banyak hal jika kita mau membuka dan meluangkan waktu untuk menyimaknya.

Entah itu buku tentang pengembangan diri, spiritualitas, sejarah, hingga teknologi seperti AI — saya ingin semuanya perlahan hadir dalam rutinitas saya. Membaca bukan lagi soal target jumlah halaman, tapi soal membangun kembali kebiasaan yang sempat hilang.

Penutup: Ayo Restart!

Saya menulis ini bukan sekadar curhat, tapi sebagai ajakan.

Kalau kamu juga merasa jenuh dengan hidupmu sekarang, merasa kosong meski sudah mencoba banyak hal, atau hanya sekadar ingin hidupmu terasa lebih segar — mungkin kamu juga perlu Restart. Tidak harus sama seperti saya. Restart-mu bisa berupa hal kecil seperti ganti rutinitas, mulai baca buku baru, atau belajar hal yang kamu suka sejak lama tapi tertunda.

Yang penting, mulai. Hidup ini terlalu berharga untuk terus dipakai dalam kejenuhan yang tak berujung.

Selamat datang 2025. Mari kita mulai lagi, dari awal — dengan hati yang lebih ringan dan harapan yang lebih besar.

Comments

Popular posts from this blog

Bahasa Berau Asli (Banua) di Ambang Kepunahan.

Kamus Bahasa Berau, Apakah Cukup Mempertahankan Bahasa Ini Dari Kepunahan?

Menyikapi Musuh: Pelajaran Berharga dari Sebuah Permusuhan